Charlie Chaplin, Kereta Api, dan Jejaknya di Garut

 


Warga Garut, Jawa Barat, tentu sedang menanti operasional reaktivasi jalur KA Cibatu-Garut yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Jalur kereta api Garut yang menyuguhkan keindahan alam memang memiliki banyak cerita menarik, salah satunya tentang Charlie Chaplin.

Charlie Chaplin dikenal sebagai aktor, penulis, sutradara, produser, komposer, dan koreografer jenius. Semasa hidupnya telah meninggalkan warisan yang tak terhapuskan. Ia berhasil memberikan warna baru dalam dunia film modern. Tak ayal, berbagai penghargaan telah diraihnya. Bahkan, pada 1975 ia memperoleh gelar kebangsawanan sebagai Raja Film Bisu.

Baca Artikel: Menanti KA Kamojang Express yang Mengantarkan Penumpang Jakarta ke Garut

Baca Artikel: Reaktivasi Jalur KA Cibatu-Garut Segera Beroperasi, Tinggal Tunggu Restu Kemenhub

Baca Artikel: Kemenhub Bangun 170 Km Rel KA Tahun Ini, Ada Reaktivasi Jalur Semarang Tawang-Tanjung Mas


Yang menarik adalah, Charlie Chaplin pernah berkunjung ke Garut. Kedatangan Charlie Chaplin ke Indonesia dikabarkan koran Het Niews van den Dag voor Nederland Indie yang terbit pada 29 Maret 1932. 

Sebuah telegram dari Singapura bahkan menginfokan Charlie Chaplin bersama saudaranya Sydney Chaplin  akan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada Minggu malam dengan menggunakan kapal Van Lansberge dari Singapura. Keduanya memang tak lama berada di Batavia, mereka meninggalkan Batavia pada hari Senin dan melanjutkan perjalanannya ke Bandung dengan menggunakan mobil.

Di Bandung, Charlie Chaplin dan Sydney Chaplin mengambil kamar di Hotel Preanger. Kata Charlie Chaplin, saat itu hanya di Hotel Preanger ini yang tersedia bak mandi dengan fasilitas air panas yang bergaya Eropa. Di Hotel lain, katanya, kamar mandinya masih menggunakan gayung untuk mengambil air dari bak.

Setelah istirahat dan makan malam, Charlie Chaplin bersama Sydney melanjutkan perjalanan ke Garut dengan menggunakan kereta api dari Stasiun Bandung. 

Cuplikan surat kabar Het Niews van den Dag voor Nederland Indie terbitan 29 Maret 1932 tentang Charlie Chaplin/Dok: KAI


Pada 30 Maret 1932 Charlie Chaplin tiba di Stasiun Cibatu, Garut. Jarak yang ditempuh untuk sampai di Stasiun Cibatu adalah 75,1 km dengan waktu kurang lebih 190 menit. 

Kedatangan Charlie Chaplin ke Garut menggunakan kereta api dikuatkan dengan sebuah potret Chaplin pada majalah Moesen tanggal 15 Januari 1995 dengan keterangan Charlie Chaplin op het perron van station Garoet, 1932. Potret tersebut merupakan koleksi Ernst Drissen yang diketahui pernah menetap di Garut. 

Stasiun Cibatu Garut tahun 1932 yang dikunjungi Charlie Chaplin/Dok: naratasgaroet


Sejumlah fakta kembali ditemukan. Charlie Chaplin bersama Sydney menginap satu malam di Grand Hotel di Ngamplang. Mereka tiba di Garut tanggal 30 Maret 1932 malam.

Dari Stasiun Cibatu ke Hotel Ngamplang Garut mereka menggunakan mobil. Jarak yang ditempuh sekitar 30,8 km dengan waktu kurang lebih 40 menit.

Tulisan berjudul “Charlie Chaplin dan Kenangan Guguling ‘the Dutch Wife’ (1932)” itu menyebut Chaplin terkesan dengan Dutch wife atau guling, temannya bantal: “Di sinilah saya menemukan pengalaman pertama saya dengan Dutch wife, yang kalau anda tinggal di daerah tropis untuk waktu yang lama, maka anda akan mengetahui bahwa anda sangat memerlukannya.”

Hotel Ngamplang Garut tahun 1932yang dikunjungi Charlie Chaplin/Dok: naratasgaroet


Esok harinya Chaplin dan Sydney menikmati berbagai tempat wisata di Garut. Tempat wisata pertama adalah Situ Bagendit. Perjalanan yang ditempuh Charlie Chaplin untuk sampai ke Situ Bagendit dari Hotel Ngamplang yaitu 15,3 km dengan waktu kurang lebih 30 menit menggunakan mobil.

Situ Bagendit tahun 1932yang dikunjungi Charlie Chaplin/Dok: naratasgaroet


Tempat kedua adalah Situ Cangkuang. Perjalanan yang ditempuh Charlie Chaplin untuk sampai ke Situ Cangkuang dari Situ Bagendit yaitu 11,4 km dengan waktu kurang lebih 20 menit menggunakan mobil. 

Situ Cangkuang tahun 1932yang dikunjungi Charlie Chaplin/Dok: naratasgaroet


Setelah Charlie Chaplin berkunjung ke Situ Cangkuang, selanjutnya dia pergi ke tempat wisata terakhir yaitu Gunung Papandayan Garut. Perjalanan yang ditempuh Charlie Chaplin untuk sampai ke Gunung Papandayan dari Situ Cangkuang yaitu 48,6 km dengan waktu kurang lebih 90 menit dengan menggunakan mobil.

Setelah berwisata seharian, sorenya, 31 Maret 1932, mereka menuju Yogyakarta menggunakan kereta api dan kemudian tiba di Surabaya pada 1 April 1932. Kemudian lanjut ke Bali menggunakan kapal laut milik KPM atau Koninklijke Paketvaart-Maatschappij.

Pemandangan Gunung Papandayan yang dikunjungi Charlie Chaplin/Dok: naratasgaroet


Sejarah liburan Charlie Chaplin di Garut yang kala itu terkenal dengan sebutan Switzerland van Java atau ada juga yang menyebutnya sebagai Paradijs van het Oosten (Surga dari Dunia Timur).

Sebagai catatan, pembangunan jalur kereta api di Garut sendiri sudah dimulai dari Cicalengka pada tahun 1887, sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api Priangan-Cilacap. Sebelumnya, Staatsspoorwegen (SS) telah merampungkan pembangunan jalur kereta api Buitenzorg (Bogor)-Bandung-Cicalengka pada tahun 1884. 

Pada 14 Agustus 1889 jalur kereta api Cicalengka-Garut sepanjang 51 km dibuka untuk umum. Secara berurutan menghubungkan Halte Nagreg, Halte Lebakjero, Halte Leles, Halte Leuwigong, Stasiun Cibatu, Stooplats Cikoan, Halte Pasirjengkol, Stooplats Citameng, Halte Wanaraja, Stooplats Tungilis, Halte Cimurah, Stooplats Sukarame, dan berakhir di Stasiun Garut. Kemudian pembangunan dilanjutkan sampai ke Cikajang yang dimulai pada tahun 1921 dan diresmikan pada tanggal 1 Agustus 1930.

Dalam pidato pembukaan jalur Cicalengka-Garut yang cukup meriah, R.H.J. Spanjaard yang merupakan kepala proyek pembangunan jalur ini mengakui, bahwa pembangunan jalur sepanjang 51 km ini merupakan yang tersulit dibanding proyek pembangunan jalur lainnya di antara Bandung-Cilacap. Salah satu bagian yang sulit dalam pembangunan jalur ini adalah membangun jalur antara Cicalengka dan Leles yang harus menembus kawasan Nagreg.



Wiji Nurhayat

Wiji Nurhayat - Blogger yang menyukai perkembangan perkeretaapian di Indonesia, maniak trading & investasi, serta badminton lover.

Posting Komentar

Thanks for reading! Suka dengan artikel ini? Please link back artikel ini dengan sharing buttons di atas. Thank you.

Lebih baru Lebih lama