Mengenang Trem Batavia yang Pernah Berjaya (Bagian 1)



Batavia (sebelum berganti nama menjadi Jakarta) pernah memiliki alat transportasi modern bernama trem. Bentuknya mirip sekali dengan yang ada di Eropa dengan ciri khas berjalan di tengah jalan raya. Bahkan trem Batavia generasi terakhir sudah digerakkan dengan menggunakan tenaga listrik.

Hadirnya trem di Batavia tidak datang secara instan. Trem Batavia mengalami evolusi yang cukup panjang dari tenaga kuda, uap, hingga yang terakhir adalah listrik.

Mengutip sebuah situs Belanda, indearchipel.com, untuk trem kuda mulai hadir di Batavia pada tahun 1869. Trem ini biasanya ditarik oleh empat ekor kuda yang berjalan di atas rel besi (tramway). Kehadiran trem kuda di Batavia kala itu termasuk paling awal di kawasan Asia.

Kemudian era trem kuda pun harus berakhir dan digantikan dengan tram uap pada 1883. Trem uap ini dimiliki oleh perusahaan Stroomtram Mij dengan rute sama dengan tramway yang berpisah di Harmoni. Setelah itu rute trem uap menuju Senen, Kramat, sampai Meester Cornelis (sekarang Jatinegara).

Sementara itu, memasuki 1899, trem listrik mulai hadir di Batavia dan mengalahkan pamor trem uap. Trem yang dikelola oleh perusahaan Electriche Tram Mij ini memilki rute yang berbeda dan lebih banyak dibandingkan trem-trem sebelumnya. Trem listrik beroperasi dalam lima jalur, di antaranya Menteng-Kramat-Jakarta Kota, Senen-Gunung Sahari, dan Menteng-Merdeka Timur-Harmoni.

Berikut Peta Jalur Trem Batavia Selama Bertahun-tahun:

Dari pembukaan jalur trem kuda pertama yaitu jaringan trem dari Batavia (kota bawah) melalui Waterlooplein di Weltevreden ke Meester Cornelis.


Berkembangnya Jaringan Trem di Tahun 1934:

Ketika itu, seluruh jaringan trem Batavia sudah dialiri listrik. Jalur 3 yang menghubungkan Senen-Pintoe Besi-Sawah Besar-Molenvliet-Asemka diperpanjang ke Djembatan Lima pada bulan Juni. Pada tahun-tahun berikutnya, perubahan pada jaringan trem sering diterapkan. Hanya saja jaringan tidak pernah diperluas lagi.

■ Jalur 1 (14,3 km): Batavia-Molenvliet-Harmonie-Rijswijk-Senen-Kramat-Matramanweg-Meester Cornelis-Kampong Melajoe,
■ Jalur 2 (8,1 km): Menteng-Koningsplein-Harmonie-Molenvliet-Batavia
■ Jalur 3 (7,5 km): Senen-Pintoe Besi-Sawah Besar-Molenvliet-Asemka-Djembatan Lima
■ Jalur 4 (7,0 km): Senen-Kramat-Tamarindelaan-Tanah Abang-Harmonie
■ Jalur 5 (4,5 km): Pintoe Besi-Jacatraweg-Asemka



Berikut Sejarah Singkat Trem Batavia:

Bagian 1: Trem Kuda Batavia

1860: Rencana pertama untuk trem kuda, dalam surat yang dikirim di Java-Bode,
1866: Permintaan konsesi pertama untuk trem kuda,
1869 (April): Menugaskan jalur trem kuda pertama dari kota tua Batavia (Amsterdamse Poort) ke Harmonie,
1869 (Mei): Perpanjangan jalur trem dari Harmonie ke Pasar Tanah Abang,
1869 (Juli): Cabang timur Harmonie via Waterlooplein ke Kramat,
1869 (September): Perpanjangan jalur trem dari Kramat ke Meester Cornelis,
1879: Konsesi diberikan untuk jalur trem uap.
1882: Jalur trem uap konsesi dipindahkan ke Nederlandsch-Indische Tramweg Maatschappij (NITM) yang baru didirikan.

Bagian 2: Trem Uap Batavia

1883 (Juli): Jalur trem uap pertama dari kota tua Batavia (stasiun) ke Harmonie,
1883 (Agustus): Perpanjangan jalur trem uap dari Harmonie melalui Waterlooplein ke Kramat (dari Kramat ke Meester Cornelis masih ada trem kuda),
1884: Jalur trem uap diperpanjang dari Kramat ke Meester Cornelis,
1886: Usulan pertama untuk trem listrik di Bataviaasch Nieuwsblad,
1891: Jalur trem uap diperpanjang dari Meester Cornelis ke Kampoeng Melajoe,
1893: Konsesi diberikan untuk berbagai jalur trem listrik kepada Tuan Eekhout,
1897: Konsesi trem listrik dialihkan ke Perusahaan Trem Batavia Listrik (BETM) yang baru didirikan, dan memulai pembangunan.



Bagian 3: Trem Listrik Batavia

1899 (April): Pembukaan jalur trem listrik pertama pada rute dari Menteng/Kebun Binatang melalui Tanah Abang ke Harmonie, dan kemudian diperpanjangan dari Menteng/Kebun Binatang ke Sipajersweg dekat Pasar Senen.
1900: Perpanjangan jalur trem listrik dari Sipajersweg ke Kota Tua Batavia (Voorrij Zuid),
1907: Perpanjangan jalur trem listrik di Kota Tua Batavia dari Voorrij Zuid ke Amsterdamse Poort,
1912 (Oktober): Pembukaan rute trem listrik dari Menteng melalui Koningsplein ke Harmonie,
1912 (Desember): Pembukaan rute trem listrik dari Koningsplein melalui Waterlooplein ke Goenoeng Saharie,
1924: Tanda-tanda kolaborasi pertama antara NITM dan BETM dengan adanya iklan bersama di surat kabar dan sistem tiket bersama,
1928: Mulai negosiasi merger antara NITM dan BETM.

Bagian 4: BVM

1930: Penggabungan NITM dan BETM ke Bataviasche Traffic Company (BVM),
1931: BVM juga secara de facto mendapat monopoli layanan bus,
1932: Pembatalan rute trem dari Koningsplein via Willemslaan ke Vrijmetselaarsweg,
1933: Pembukaan jalur trem baru di Sawah Besar dan Krekot (jalur 3),
1934 (Februari): Elektrifikasi jalur trem uap selesai, akhir era trem uap,
1934 (Maret): BVM menghentikan layanan bus lagi.
1934 (Juni): Perpanjangan jalur 3 ke Djembatan Lima.
1934 (November): Jalur trem 5, dari kota bawah melalui Jacatraweg dan Goenoeng Sahari ke Pintoe Besi dibatalkan.
1935: Situasi keuangan BVM sangat dramatis. Reorganisasi sedang dilakukan,
1939: BVM melakukan penangguhan pembayaran (utang),
1940: Pekerjaan sedang berlangsung pada pembukaan kembali bagian dari jalur 5 yang ditutup pada tahun 1934 (tanggal pembukaan tidak jelas),
1940 (November): Moratorium diperpanjang karena keadaan perang di Belanda.


Bagian 5: Perang, Nasionalisasi, dan Kejatuhan Trem Batavia

1942 (Maret): Batavia ditempati oleh Jepang; BVM diganti namanya menjadi Jakaruta Shiden.
1945 (Agustus): Jepang menyerah dan Sukarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Partai Republik mengambil alih trem dengan nama Trem Djakarta Kota. Karena pemeliharaan yang buruk, semakin sedikit trem yang beroperasi,
1947: Belanda mengambil alih trem lagi dan menghidupkan perusahaan trem BVM. Ada beberapa jaringan yang beroperasi normal,
1951: Terjadi pemogokan dan korupsi di BVM,
1953: Layanan trem berkurang, pembatalan jalur 2, 3 dan 6.
1954: BVM dinasionalisasi, sekarang disebut PPD (Perusahaan transportasi Jakarta).
1957: "Zwarte Sinterklaas", semua orang Belanda harus meninggalkan negara Indonesia,
1962: Rute trem terakhir, antara Kramat dan Jatinegara dihapuskan.
Wiji Nurhayat

Wiji Nurhayat - Blogger yang menyukai perkembangan perkeretaapian di Indonesia, maniak trading & investasi, serta badminton lover.

Posting Komentar

Thanks for reading! Suka dengan artikel ini? Please link back artikel ini dengan sharing buttons di atas. Thank you.

Lebih baru Lebih lama