Begini Kinclongnya Stasiun Bondowoso yang Bersejarah



Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana mengaktifkan jalur rel kereta Kalisat-Panarukan di Jawa Timur (Jatim) sepanjang 69,5 Km. Jalur tersebut sudah ada sejak tahun 1897 dibangun oleh perusahaan kereta api negara milik Belanda, Staatsspoorwegen (SS). Jalur tersebut salah satunya melewati Stasiun Bondowoso.

Jalur ini menjadi urat nadi ekonomi di Jawa bagian timur. Jalur Kalisat-Panarukan setidaknya melewati 4 stasiun yaitu Kalisat di Kabupaten Jember, Stasiun Bondowoso di Kabupaten Bondowoso, Stasiun Situbondo dan Stasiun Panarukan di Kabupaten Situbondo. 


Untuk mendukung pengaktifan rel mati tersebut, salah satu upaya yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah dengan merevitalisasi stasiun. Salah satu stasiun yang sudah dipercantik adalah Stasiun Bondowoso.

Stasiun Bondowoso sudah mulai direnovasi sejak awal 2014. Penyelesaian renovasi gedung bergaya Indische Empire Style itu selesai pada akhir tahun 2014. Saat ini fungsi stasiun hanya sebatas sebagai museum terutama sejarah Gerbong Maut.

Menurut data penulis, jalur ini relatif berhenti tahun 2004. Padahal jalur Kalisat-Panarukan merupakan jalur yang sudah ada dan dibangun sejak 23 Juni 1893. Saat itu perusahaaan kereta api negara, Staatsspoorwegen, mulai berencana membangun rel kereta api dari Probolinggo ke Jember dan diteruskan hingga Panarukan melewati Bondowoso.


Bagian dalam Stasiun Bondowoso setelah direnovasi tahun 2014/dokumentasi PT KAI (Persero) 


Pada bulan Juli 1895, rel yang membentang dari Probolinggo ke Klakah sepanjang 34 Km selesai dibangun. Disusul kemudian pembangunan rel sepanjang 36 Km dari Klakah ke Pasirian yang rampung pengerjaannya pada tanggal 16 Mei 1896. 

Kemudian pada perkembangannya pada bulan Juni 1897, pembangunan rel kereta api dari Klakah ke Jember sepanjang 62 Km juga selesai. Sedangkan sisanya yaitu pembangunan rel kereta api sepanjang 89 Km dari Jember-Kalisat-Bondowoso-Panarukan melewati Soemberkolak, Sitobundo selesai dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1897.

Di zaman itu, jalur Kalisat-Panarukan dianggap penting terutama bagi kemajuan perekonomian Jawa bagian timur. 


Stasiun Bondowoso Tempo Dulu/dokumen kitlv

Staatsspoorwegen menganggap jalur ini merupakan jalur tujuan ekspor terutama untuk mengangkut komoditas penting seperti gula, tembakau, kopi, beras, dan hasil perkebunan lainnya seperti teh yang dihasilkan dari Jember, Banyuwangi, Bondowoso, serta Situbondo menuju ke Pelabuhan Panarukan untuk diekspor ke berbagai negara di Eropa.

Seiring berjalannya waktu dan dengan dibukanya jalur kereta api Jember-Kalisat-Panarukan, perekonomian berbasis perkebunan dan pertanian tumbuh subur di kawasan Jawa bagian timur. Selain itu pada perkembangannya, jalur ini juga digunakan untuk mengangkut hasil perikanan tangkap laut dari nelayan Panarukan menuju Bondowoso dan Jember.  



Stasiun Bondowoso Tempo Dulu/dokumen kitlv


Namun sayang, pada tahun 2004, jalur kereta api sepanjang 69,5 kilometer yang melewati tiga kabupaten yaitu Jember, Bondowoso, dan Situbondo itu dihentikan pengoperasiannya oleh PT Kereta Api (Persero). Alasan penutupan karena sepinya penumpang dan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan angkutan berbasis jalan dibandingkan dengan kereta api.
Penjelasan soal Stasiun Bondowoso dan Tragedi Gerbong Mau/Dok: KAI



Wiji Nurhayat

Wiji Nurhayat - Blogger yang menyukai perkembangan perkeretaapian di Indonesia, maniak trading & investasi, serta badminton lover.

Posting Komentar

Thanks for reading! Suka dengan artikel ini? Please link back artikel ini dengan sharing buttons di atas. Thank you.

Lebih baru Lebih lama