Potret Si Komodo, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Produksi China

 


PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) akhirnya mempublikasikan tampilan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Mereka menamainya Si Komodo.

KCIC mengunggah kereta jenis EMU (Electric Multiple Unit) yang akan melaju dari Stasiun Halim menuju ke Tegalluar, Bandung. Dalam unggahannya tersebut, ada 1 trainset (rangkaian) Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dipamerkan. 

Satu trainset CR400AF dibuat khusus dengan spesifikasi interior dan eksterior untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Adapun CR400AF ini dikenal dengan sebutan Red Dolphin, dengan eksterior kereta berwarna merah, dengan berlatar silver. Nantinya tampilan eksterior dan interior EMU KCJB memiliki ciri khas berbeda.

Berangkat dari siluet kereta yang mirip dengan salah satu fauna khas Indonesia dari zaman prasejarah, Komodo, EMU KCJB CR400AF memiliki desain eksterior yang terinspirasi dari sisik Komodo yang tercerminkan dalam corak segitiga. Meski saat ini foto tampak keseluruhan EMU kita belum dapat dilihat. 

Baca Artikel: Intip Teknologi dan Kecanggihan CR400AF, Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Baca Artikel: Cerita China Berhasil Tikung Jepang di Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Baca Artikel: Naik Kereta Cepat Jakarta-Bandung Hanya 36 Menit, Berikut Penjelasan KCIC

Potret Si Komodo, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Produksi China/Dok: KCIC


Apa Saja Kecanggihan EMU KCJB CR400AF?

EMU KCJB CR400AF merupakan jenis kereta cepat yang dikembangkan pabrikan CRRC Qingdao Sifang asal China. Adapun CR400AF yang menjadi Kereta Cepat Jakarta-Bandung memiliki lebar 3,36 meter dan tinggi 4,05 meter dengan panjang kepala kereta 27,2 meter dan intermediate kereta 25 meter. Dengan kata lain CR400AF memiliki dimensi lebih besar dari tipe sebelumnya.  

Berbeda dengan tipe sebelumnya, CR400AF didesain untuk beroperasi di empat iklim salah satunya di iklim tropis dengan kondisi suhu dan kelembaban tinggi seperti di Indonesia. Setiap rangkaian CR400AF dilengkapi dua Lightning Arrester untuk meningkatkan keamanan terhadap sambaran petir terutama di sisi peralatan tegangan tinggi. 

Selain mampu beroperasi di iklim tropis dan cuaca ekstrim, CR400AF juga dipastikan mampu menghadapi kondisi geografis lintasan Jakarta-Bandung yang cenderung menanjak. Dengan besar daya setiap rangkaian mencapai 9750 kW, CR400AF mampu memberikan akselerasi yang lebih baik saat melewati trase pada elevasi 30 per mil. Dalam kondisi darurat, CR400AF dapat digunakan sebagai penarik kereta lainnya meskipun dalam kondisi gradien atau elevasi 12 per mil

CR400AF dilengkapi dengan dua emergency brake. Yang pertama disebut Emergency Brake EB yang bekerja berdasarkan perintah driver controller, fasilitas emergency brake penumpang dan kontrol kewaspadaan masinis. 

Potret Si Komodo, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Produksi China/Dok: KCIC


Emergency brake kedua disebut Emergency Brake UB yang akan aktif berdasarkan fungsi Automatic Train Protection (ATP), pendeteksi jarak antar-kereta dan pada saat power kereta dalam kondisi off / tidak bekerja. Dengan dua sistem emergency brake ini, CR400AF menawarkan tingkat keamanan yang lebih untuk melindungi kereta pada saat terjadi kesalahan sistem maupun human error.

Satu rangkaian kereta CR400AF terdiri dari 8 gerbong (cars) dengan komposisi empat cars bermotor dan empat cars tanpa motor. Dengan komposisi ini memungkinkan kereta CR400AF memiliki kecepatan desain hingga 420km per jam dan kecepatan operasional 350 km per jam. 

Meskipun kecepatan tinggi, dari sisi kenyamanan CR400AF memiliki cabin noise yang lebih rendah sehingga mampu meredam getaran dan suara di dalam kereta dengan lebih optimal.

Dengan kecepatan tinggi tersebut, CR400AF Kereta Cepat Indonesia akan menempuh jarak 142,3 km Jakarta-Bandung hanya dalam waktu 36 menit untuk perjalanan langsung, hingga 46 menit dengan kondisi perjalanan berhenti di setiap stasiun. Sebagai informasi, disepanjang trase Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan terdapat empat stasiun pemberhentian yakni di Halim, Karawang, dan Tegalluar.

Terakhir, selain lebih andal, CR400AF juga memiliki masa penggunaan lebih lama hingga lebih dari 30 tahun (sejak tahun produksi) serta biaya perawatan yang lebih rendah.

Wiji Nurhayat

Wiji Nurhayat - Blogger yang menyukai perkembangan perkeretaapian di Indonesia, maniak trading & investasi, serta badminton lover.

Posting Komentar

Thanks for reading! Suka dengan artikel ini? Please link back artikel ini dengan sharing buttons di atas. Thank you.

Lebih baru Lebih lama