LRT Jabodebek Tabrakan di Jalur Cibubur, Berikut Sejumlah Faktanya

 


LRT Jobodebek tabrakan di jalur Muncul Cibubur, Jakarta Timur, Senin (25/10/2021). Berikut sejumlah fakta yang harus diketahui. 

LRT Jabodebek tabrakan di Kawasan Cibubur, Jakarta Timur pada Senin 25 Oktober 2021, siang. Insiden tersebut melibatkan dua rangkaian kereta atau trainset LRT di antara Petak Stasiun Harjamukti-Ciracas.

Insiden kecelakaan tersebut ramai diberitakan menyusul video viral yang diunggah di media sosial (medsos). Tampak dalam video, dua trainset yang tertabrak kondisinya ringsek cukup parah. Berikut ini sejumlah fakta yang harus diketahui.

Baca Artikel : INKA Tuntaskan Pesanan LRT Jabodebek, Punya Teknologi Bisa Bergerak Tanpa Masinis

Baca Artikel : LRT Jabodebek Bisa Bergerak Tanpa Masinis dengan Pakai Teknologi Ini

Baca Artikel: Duh, Jadi Tak Sabar Naik LRT Jabodebek yang Beroperasi Pertengahan 2022


Tahap Uji Coba

VP Public Relations PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI Joni Martinus membenarkan adanya peristiwa tabrakan trainset LRT Jabodebek di kawasan Cibubur. Dia mengakui, tabrakan terjadi saat PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA tengah melakukan uji coba teknis trainset LRT.

Karena itu, dia menegaskan, kejadian tersebut murni menjadi ranah INKA selaku operator yang menguji coba.

"Kejadian tersebut dalam rangka uji coba teknis yang dilakukan oleh operator teknisi PT INKA. Sehingga untuk penjelasan lebih lanjut, silakan konfirmasi dengan PT INKA,” kata Joni saat dikonfirmasi.

Sementara itu, Direktur Utama INKA Budi Noviantoro juga membenarkan perihal uji coba tersebut. Dia mengakui, kecelakaan terjadi saat kereta tengah melakukan uji coba oleh internal perusahaannya sebelum diuji langsung KAI. Pada awalnya kereta dijadwalkan melakukan uji coba dari siang hingga malam hari.

"Kecelakaan antara trainset 20 dan 29 LRT Jabodetabek di antara stasiun Ciracas-Cibubur dan ini dalam rangka pengujian. Ini seharusnya dilakukan siang hari dan selesai malam hari," sebutnya.

LRT Jabodebek tabrakan di jalur Cibubur/Dok: INKA


Indikasi Adanya Human Error

Direktur Utama INKA Budi Noviantoro mengakui, peristiwa tabrakan LRT Jabodebek tersebut terindikasi adanya human error. Diduga kuat masinis melakukan proses langsir yang terlalu cepat.

“Makanya saya bilang tadi ada human error di mana masinis pada saat langsir ini kecepatannya melebihi," ucapnya.

Sebagai informasi, langsir merupakan proses pergerakan rangkaian kereta, khususnya gerbang dan lokomotif untuk berpindah jalur rel. Dia menjelaskan, kecelakaan terjadi antara trainset LRT nomor 20 dan 29.

"Trainset 29 persis di tengah-tengah, diambil masuk satu-satu. Saat trainset 29 mau bergabung terjadi benturan," ucapnya.

Budi memastikan tidak ada korban jiwa dalam insiden tabrakan dua trainset LRT Jabodebek. Namun, masinis mengalami luka-luka sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

"Masinisnya alhamdulillah tidak apa-apa, luka ringan masih di RS," tuturnya.

LRT Jabodebek tabrakan di jalur Cibubur/Dok: KAI


Penyebab Kecelakaan Akan Diselidiki KNKT

Budi memastikan, proses investigasi tabrakan LRT Jabodebek akan dijalankan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Untuk kerugian dan perbaikan semua akan menjadi tanggung jawab INKA selaku produsen trainset.

Budi juga belum mengetahui jumlah kerugian yang diakibatkan atas tabrakan tersebut. Sejauh ini, INKA memiliki komponen cadangan yang bisa digunakan untuk memperbaiki kerusakan.

Saat proses investigasi selesai, rangkaian trainset akan dibawa ke Madiun untuk diperbaiki.

“Oleh karena kerusakan sarana LRT Jabodebek akibat kecelakaan kerja tersebut masih merupakan bagian dari proses produksi, PT INKA akan menarik kembali LRT yang rusak untuk diperbaiki di pabriknya di Madiun,” timpal Senior Manager PKBL, CSR & Stajeholder Relationship INKA (Persero), Bambang Ramadhiarto.

LRT Jabodebek tabrakan di jalur Cibubur/Dok: KAI


Spesifikasi LRT Jabodebek yang Tabrakan

LRT Jabodebek ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai kontrak pengadaan Rp3,9 triliun. Proyek ini ditandatangani sejak tanggal 18 Januari 2018 antara INKA dan KAI. 

Adapun susunan satu trainset-nya berupa 6 kereta dengan 4 kereta berpenggerak (motor car-M dan Motor Car dilengkapi Cabin-MC) dan 2 kereta non tidak berpenggerak (trailer car-TC). Satu trainset tersebut dapat mengangkut 740 penumpang saat kondisi normal dan 1300 penumpang saat kondisi okupansi maksimum.

Mengutip website INKA, adapun spesifikasi teknis LRT Jabodebek seperti, beban gandar 12 ton dengan material aluminium alloy untuk cover bagian depan serta kabin menggunakan komposit. Lebar gandar sebesar 1.435 mm dengan radius minimum 85/50 meter. Kelandaian maksimum 24/40 persen dan kecepatan desain 90 km per jam.

Adapun kecepatan operasi maksimum mencapai 80 km per jam dengan tegangan suplai daya 750 VDC menggunakan rel ketiga. Berat kosong maksimum yaitu T sebesar 32,3 ton, M1,M2 sebesar 32,3 ton dan Mc1,Mc2 sebesar 33,5 ton.

Sementara itu, daya motor traksi sebesar 100 kW per motor traksi. Adapun bogie suspension adalah rubber bonder (primer), air spring (sekunder).

Untuk roda memiliki diameter (baru/aus) 780 mm/700 mm dengan percepatan 1 m/s. Perlambatan 1m/s2 hingga 1,3 m/s2.

Adapun akomodasi penumpang dengan kapasitas full load 1.480 penumpang. Sedangkan saat normal sebanyak 740 penumpang.

LRT Jabodebek tabrakan di jalur Cibubur/Dok: KAI


LRT Jabodebek Punya Teknologi Canggih, Bisa Bergerak Tanpa Masinis

LRT Jabodebek yang tabrakan sebenarnya sudah memiliki teknologi canggih. Kereta produksi Madiun tersebut sejatinya bisa bergerak sendiri (driverless) tanpa bantuan masinis.

Untuk bisa bergerak tanpa masinis, LRT Jabodebek akan disisipkan sebuah teknologi persinyalan yang kini sedang disiapkan PT Len Industri (Persero).

Direktur Strategi Bisnis & Portofolio Len Industri, Linus Andor Mulana Sijabat, menyebut pihaknya menargetkan LRT Jabodebek dapat beroperasi secara driverless atau otomatis tanpa masinis di semua jalur utama pada Agustus 2022, kecuali di depo yang masih manual. 

Sementara itu, LRT Jabodebek baru dapat beroperasi seluruhnya secara driverless pada Desember 2022.

"LRT Jabodebek menggunakan teknologi CBTC-Moving Block yang menjadikannya sebagai LRT tanpa masinis atau driverless ke-3 di Indonesia setelah Skytrain Bandara Soekarno-Hatta dan MRT Jakarta (semi driverless). Sedangkan kalayang milik PT AP II tersebut menggunakan teknologi sistem persinyalan SiLSafe 5000 milik PT Len Industri," ungkap Linus seperti dikutip.

Linus menjelaskan persinyalan LRT Jabodebek menggunakan Train Guard MT Signalling System dari Siemens dan Len Industri.

Kedua perusahaan ini memasang semua perangkat persinyalan, serta menyuplai produk dan perangkat seperti power supply system untuk persinyalan, sistem pengkabelan indoor dan outdoor persinyalan, perangkat emergency train stop, dan perangkat luar persinyalan lainnya.

Dia menambahkan dalam sebuah moda transportasi urban transport seperti LRT, sistem persinyalan dibagi menjadi 3 bagian, yakni wayside signaling equipment (di sepanjang jalur), on board signalling equipment (di dalam kereta), dan indoor signaling equipment.

"Sistem persinyalan berfungsi mengatur pergerakan lalu lintas kereta di rel. Sistem CBTC-Moving Block memiliki tingkat keamanan yang tinggi serta dapat mencegah terjadinya tumbukan antar kereta baik dari depan, belakang maupun dari samping. Sehingga kereta dapat bergerak dengan jarak minimum antar kereta untuk memaksimalkan jumlah keberangkatan kereta, namun masih tetap dalam batas aman," sebutnya.

Saat ini, LEN sendiri sedang memasang perangkat sistem persinyalan di Depo LRT Jabodebek yang ada di Jatimulya, Bekasi. Sementara itu perangkat sinyal di semua jalur utama (lintas 1 Cibubur-Cawang, lintas 2 Cawang-Dukuh Atas, lintas 3 Cawang-Jatimulya) telah selesai.

"Begitu juga dengan perangkat sinyal di 31 kereta produksi INKA yang sudah selesai dipasang," ucapnya.

Linus menjelaskan waktu pengerjaan Depo Signalling sangat singkat, yaitu hanya dalam waktu 3 bulanan saja. Pekerjaan tersebut dilakukan sejak bulan Agustus dan ditargetkan selesai akhir November 2021. Sehingga diharapkan semuanya sudah terpasang pada akhir tahun 2021 ini.

Depo Signalling merupakan sistem persinyalan yang berada di Depo LRT Jabodebek sebagai tempat perawatan dan perbaikan lokomotif dan gerbong kereta.

Sementara itu, Len Industri juga sedang melakukan proses testing and commissioning sistem persinyalan di ketiga jalur utama LRT Jabodebek secara bertahap hingga Juni 2022 nanti.

Sebelum resmi beroperasi, Linus bilang LRT Jabodebek harus melewati beberapa pengujian. Misalnya Site Acceptance Test (SAT) atau pengujian performa yang akan dilakukan pada bulan Mei 2022 serta Trial Running di bulan Juli hingga Agustus dan Desember 2022.

Sedangkan pada November 2020 lalu pernah dilakukan uji coba penggunaan sistem persinyalan LRT Jabodebek dengan kereta melalui lintas Stasiun TMII – Stasiun Harjamukti.

Pengujian itu dimaksudkan untuk menguji sistem operasi manual sebagai fase awal untuk mempersiapkan sistem operasi otomasi (driverless).

Wiji Nurhayat

Wiji Nurhayat - Blogger yang menyukai perkembangan perkeretaapian di Indonesia, maniak trading & investasi, serta badminton lover.

Posting Komentar

Thanks for reading! Suka dengan artikel ini? Please link back artikel ini dengan sharing buttons di atas. Thank you.

Lebih baru Lebih lama