Mengintip Sejarah Pembangunan Stasiun Semarang Poncol


Selain memiliki Stasiun Semarang Tawang, Kota Semarang juga memiliki stasiun lain yang dikenal dengan sebutan Semarang Poncol. Stasiun ini juga tidak kalah berusia tua bila dibandingkan Stasiun Semarang Tawang.

Nah, Stasiun Poncol Semarang ini merupakan stasiun hasil karya peninggalan Henry Maclaine Pont. Henry dikenal sebagai seorang arsitek zaman Belanda yang banyak berkiprah pada dunia arsitektur di Indonesia. Selain Stasiun Semarang Poncol, buah hasil karya lainnya bisa kita lihat yaitu kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). 

Stasiun SCS saat pertama kali berdiri,  Sumber: BukuSpoorwegstationOpJava_DeJong_1993 

Secara umum, Stasiun Semarang Poncol diresmikan penggunaannya pada tanggal 6 Agustus 1914. Dibangun oleh Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS) dan SCS menjadikan stasiun ini yang terbesar miliknya.

Menurut catatan arsip sejarah, SCS memulai membangun jaringan rel kereta api yaitu sepanjang 230 kilometer yang menghubungkan Semarang dengan Cheribon, melalui Pekalongan dan Tegal. Jalur itu disebut juga 'jalur gula' (Suikerlijn) karena pembangunannya semula untuk melayani tidak kurang dari 27 pabrik gula yang berada di pantai utara Jawa Tengah bagian barat.

Karena letaknya yang berada di pinggir barat kota Semarang, Stasiun Semarang Poncol kerap disebut Semarang–West. Pada awal pertama kali dibangun, bagian tengah bangunan itu adalah pintu masuk utama yang dihiasi dengan ubin berwarna hitam dan abu-abu. Pada panel di kiri dan kanan bangun terdapat tulisan SCS dan angka tahun 1914 terbuat dari ubin hitam dan keemasan. Sebuah jam berada di puncak bangunan. 

Lukisan ornamen bangunan dalam stasiun,  Sumber: BukuSpoorwegstationOpJava_DeJong_1993


Peron stasiun tahun 1988,  Sumber: BukuSpoorwegstationOpJava_DeJong_1993

Dari keterangan beberapa arsip peninggalan Belanda lainnya disebutkan, Stasiun Semarang Poncol (Semarang-West) dibangun untuk menggantikan stasiun lama milik SCS yaitu Stasiun Trem Pendrian. Stasiun Trem Pendrian telah ada sejak 1897 dan dibangun bersamaan dengan proyek pembangunan jalur Semarang-Cheribon. Jalur ini awalnya hanyalah jalur rel ringan (trem) yang dibangun di sisi jalan raya. Karena konstruksi yang ringan, kecepatan maksimum kereta api hanya 35 km/jam. Namun pada perkembangannya antara tahun 1912-1921 jalur ini ditingkatkan sehingga kereta api yang lebih cepat dan berat bisa melintasinya. Sejak itu jalur ini menjadi bagian yang penting hubungan rel antara Jakarta (Batavia), Semarang dan Surabaya.

Operasional Stasiun Pendrikan berfungsi hanya sampai tahun 1914. Hal itu disebabkan karena stasiun SCS yang baru di Poncol (Semarang Poncol/Semarang West) selesai dibangun dan mulai beroperasi. Namun meski digunakan cukup lama, stasiun Pendrikan sebenarnya tidak layak disebut sebagai stasiun dan lebih tepat disebut sebagai halte. Memang stasiun ini sejak semula tidak dirancang sebagai tempat naik dan turun penumpang. Para penumpang SCS mengawali dan mengakhiri perjalanan mereka di stasiun Jurnatan milik Samarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS).

Peron dalam stasiun tahun 1988,  Sumber: BukuSpoorwegstationOpJava_DeJong_1993
Meski berada pada ujung jalur Semarang-Cheribon, stasiun Semarang West berbentuk stasiun paralel. Sejak semula memang direncanakan stasiun ini akan dihubungkan dengan stasiun yang baru di Tawang sebagai stasiun utama Semarang. Tapi baru pada 1940, setelah pecah Perang Dunia II, atas desakan pihak militer, rencana itu betul-betul menjadi kenyataan. Pihak militer melihat bahwa tidak adanya hubungan antara Semerang-West dan Tawang merupakan titik lemah dalam pertahanan pantai utara Jawa yang ketika itu terancam serbuan Jepang. 

Saat ini stasiun Semarang – West ini dinamakan stasiun Semarang Poncol yang merupakan stasiun pemberangkatan dan kedatangan untuk KA kelas ekonomi baik kereta api lokal dan jarak jauh.

 Sumber: BukuSpoorwegstationOpJava_DeJong_1993



  
Wiji Nurhayat

Wiji Nurhayat - Blogger yang menyukai perkembangan perkeretaapian di Indonesia, maniak trading & investasi, serta badminton lover.

Posting Komentar

Thanks for reading! Suka dengan artikel ini? Please link back artikel ini dengan sharing buttons di atas. Thank you.

Lebih baru Lebih lama